DALAM 7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG
Hari per-1, tahajudku tertinggal
Dan aku begitu sibuk akan duniaku .Hingga zuhurku kuselesaikan saat ashar mulai memanggil. Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib. Dengan niat kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara tv selesai.
Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi.
Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama.
Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku.
Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dr 200 hlmn. Dalam waktu tidak 1 hari aku telah selesai membacanya .Tapi... enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juzz Al-qur'an yg 114 surat, hanya 1,2 surat yang kuhapal itupun dengan terbata-bata. Tapi... ketika temanku bertanya ttg novel tadi betapa mudah dan lancarnya aku menceritakan.
Hari ke-4 kembali aku lalai lagi akan tahajudku. Sorenya aku datang keselatan Jakarta dengan niat mengaji. Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan. Kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku. Aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman yg ada disamping kiri & kananku. Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa.
Hari ke-5 kembali aku lupa akan tahajudku. Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at kelamaan bacaannya. Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan betapa nikmat, serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam.
Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku. Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku. Demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar. Aku lupa.. waktu diperempatan lampu merah tadi. Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku, Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh.
Hari ke-7 bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal. Aku bermalas2an ditempat tidurku menghabiskan waktu. Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga Aku tersentak kaget mendengar khabar temanku kini Telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku bersamanya & ¾ malam tadi dia dengan misscallnya mengingatkan aku ttg tahajud.
Kematian... kenapa aku baru gemetar mendengarnya?
Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan Dia bisa hinggap kapanpun dia mau. ¼ abad lebih aku lalai....
Dari hari ke hari, bulan dan tahun
Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunnah. Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta. Berkata kuno akan nasehat ke-2 orang tuaku. Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku.
Allah... andai ini merupakan satu titik hidayah, Walaupun imanku belum seujung kuku hitam. Aku hanya ingin detik ini hingga nafasku yang saat nanti tersisa, Tahajud dan sholatku meninggalkan bekas Saat aku melipat sajadahku... .. Amin....
Kamis, Desember 18, 2008
muhasabah
Minggu, Juli 13, 2008
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Surat Al Baqarah pada metode baku menuju kekhalifahan di muka bumi, kemudian surat Ali Imran terfokus pada teguh pendirian yang mana kita diwajibkan untuk menjalankannya. Sedangkan surat An Nisaa memberikan pesan tentang keadilan dan kasih sayang kepada orang-orang yang lemah yang diantaranya perempuan,anak-anak yatim dan kaum minoritas. Hampir setiap ayat membicarakan hal ini.
Tujuan Surat
Menegakkan keadilan dan menumbuhkan rasa kasih sayang dalam melaksanakan sistem yang telah diwajibkan.
Kenapa dinamakan Surat An Nisaa’
Surat ini disebut dengan Surat An Nisaa’ ( perempuan-perempuan) karena sikap adil yang pertama kali diterapkan adalah di dalam rumah yaitu antara suami dan istri,siapa yang sudah sanggup adil dalam rumahnya tanpa pengawasan kecuali Allah swt saja maka dia juga sanggup menerapkan rasa adil dan kasih sayang dalam bergaul dengan masyarakat.
Ayat 1 : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri”, disini terfokus pada asal penciptaan manusia yaitu dari seorang diri maka adil merupakan suatu kewajiban. Kemudian Allah berfirman : “dan dari padanya Allah menciptakan isterinya”, kenapa kita saling menzalimi satu sama lain?
Ayat 2 : ” dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka”, ayat ini memerintahkan agar menjaga hak anak yatim karena mereka termasuk orang-orang lemah yang mana surat ini sangat memperhatikan hak-hak mereka.
Ayat 3, menyempurnakan ayat 2 tentang kewajiban untuk menjaga hak-hak mereka dan juga perintah untuk para suami agar adil terhadap istri-istri mereka.
Ayat 4 , ” Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan ”, adalah perintah untuk memberikan hak kepada perempuan dengan sempurna yaitu maharnya dan tidak boleh menguraginya sedikitpun.
Ayat 5, ” berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) ”, disebutkan dalam ayat ini orang-orang yang belum sempurna akalnya dan ayat ini juga memerintahkan agar memperhatikan orang-orang tersebut dengan memberikan kasih sayang yang merupakan kewajiban kita terhadap mereka.
Ayat 6, kembali ke pada pembahasan tentang anak-anak yatim dan memberi nasehat kepada mereka, selanjutnya juga membahas tentang urgensi memberikan hak-hak mereka dengan sempurna.
Ayat 8 , ” Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat,anak yatim dan orang miskin”, anjuran untuk berbuat baik kepada kerabat, anak aytim dan orang-orang miskin ketika membagi harta warisan.
Ayat 9, ” Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah ”. Ayat ini memberi peringatan kepada para bapak yang khawatir jika meninggalkan anak-anak mereka maka dengan berbuat zhalim dan berkata dengan hal-hal yang tidak benar untuk mempertahankan keberadaan anak-anak mereka, maka ayat ini menerangkan bahwa jalan untuk mendapatkan keamanaan adalah taqwa dan mengucapkan perkataan yang benar.
Ayat 10 , ” mereka itu menelan api sepenuh perutnya ”, peringatan yang pedih bagi orang yang memakan harta anak yatim.
Setelah itu ada ayat yang menerangkan hukum-hukum warisan dan hak suami istri.
Ayat 13 dan 14, disebutkan bahasa yang tegas yang membuat gembira hati orang yang mendengar perintah Allah dan mentaatinya dan melarang untuk berbuat maksiat dan melakukan kezaliman.
Ayat 19, ” tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa ”, adalah peringatan agar tidak memaksa wanita untuk tidak mengambil hak warisnya, kemudian dilanjutkan dengan ayat ” dan bergaullah dengan mereka secara patut ”, hal ini tidak hanya dalam bergaul dengan mereka akan tetapi juga harus sabar atas cercaan mereka dan ketika mereka marah berusaha untuk dihibur sampai kemarahan mereka reda., selanjutnya ayat ” Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak ”, dalam ayat ini anjuran untuk bersabar terhadap perempuan (istri) karena barangkali ada kebaikan yang terdapat pada diri mereka.
Ayat 20, menyempurnakan ayat yang sebelumnya, jika suami ingin menceraikan istrinya dan ingin menikah dengan wanita lain maka tidak boleh baginya mengambil sedikitpun dari mahar tersebut, hal tersebut tidak diperbolehkan. Dalam ayat 21 disebutkan ”perjanjian yang kuat ” maksudnya adalah kata yang tidak disebutkan kecuali bersama para nabi saja dan antara suami istri saja, hal itu menunjukkan betapa sakral hubungan perkawinan itu dan urgensi hubungan tersebut.
Ayat 25, disebutkan istri yang berasal dari budak, disebutkan juga ” dengan izin keluarga mereka ”, dan tidak disebutkan dengan jelas ” dengan izin tuan-tuan mereka ” untuk menegaskan sikap kasih sayang dalam bergaul dengan mereka. Dalam ayat ini juga disebutkan hubungan antara laki-laki dan perempuan ” dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya ”
Setelah ayat-ayat di atas yang berisi tentang sikap maka ada beberapa ayat yang menerangkan tentang kasih sayang Allah swt terhadap kita yaitu :
” 26. Allah hendak menerangkan (hukum syari'at-Nya) kepadamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak) menerima taubatmu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
27. Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. ”
Kemudian dalam ayat 29 disebutkan sikap adil dalam harta ” janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil ”
Ayat 34 menyebutkan pengaturan rambu-rambu adil dalam keluarga yaitu hak suami atas istrinya, setelah itu disebut langkah-langkah yang wajib diambil oleh suami ketika istri tidak taat, firman Allah swt ” Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka ”
Ayat 36 menyebutkan sikap adil dalam hidup bermasyarakat.
Setelah itu disebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan yaitu :
• Bakhil (kikir) dalam ayat 37, karena orang bakhil tidak bisa berbuat adil dalam rumah tangganya.
• Riya (suka pamer) dalam ayat 38, karena orang yang mempunyai sifat ini bermuka dua dan tidak mungkin berbuat adil.
Kemudian surat ini menjelaskan bagaimana Allah swt berinteraksi dengan kita dengan karunia-Nya sebelum sifat Adil yaitu pada ayat 40 ” Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah ”
Ayat 41 memberi peringatan kepada kita bahwa rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam akan menjadi saksi atas perbuatan kita pada hari kiamat nanti.
Ayat 58 merupakan inti dari surat ini yang berbunyi ” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ”
Ayat 74 dan 75 dijelaskan tentang perang karena perang merupakan salah satu jaminan untuk kaum yang lemah di muka bumi. Dalam surat ini dijelaskan semua hukum-hukum perperangan karena perempuan bagaikan pabrik yang melahirkan para pejuang. Seorang mujahid hanya mati syahid satu kali dalam perang akan tetapi istri bisa mati syahid berkali-kali di dalam rumahnya jika menikah dengan orang yang tidak memahami dirinya dan tidak memberikan kesenangan padanya.
Ayat 94 melanjutkan penjelaskan tentang hukum-hukum perang dan juga menyebutkan etika berperang ” apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah ”
Surat ini juga berbicara tentang orang munafik pada sebagian besar ayat karena orang munafik merupakan salah satu sebab utama hilangnya sikap adil di dalam masyarakat.
Ayat 97 dan 98 kembali menganjurkan kepada kaum tertindas agar tidak menyerah dalam menghadapi kezaliman dan mereka harus mencari keadilan ” Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? ”
Setelah itu surat ini kembali menyebutkan sebagian tanda-tanda kasih sayang Allah swt yaitu ayat 101 yang menerangkan tentang hukum meng-qasar (meringkas jumlah rakaat shalat) shalat, ayat 102 tentang cara melaksanakan shalat kauf (shalat dalam keadaan takut). Allah swt menjelaskan kepada kita tentang kasihsayang-Nya termasuk dalam hal shalat.
Ayat 105 sampai 113 menegaskan arti sikap adil yang juga berlaku bagi minoritas non muslim dalam sebuah kejadian di Madinah dimana tiga orang dari kalangan Anshar menuduh seorang Yahudi mencuri baju besi, maka turunlah ayat kepada nabi muhammad shallallahu ’alaihi wasallam agar berbuat adil sebelum memberi hukuman tanpa memandang agama orang tersebut.
Kita lihat bahwasanya surat ini surat yang paling banyak menyebutkan Asmaul Husna sebanyak 42 kali, yang banyak menyebutkan Nama-nama Allah swt Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan Nama-nama Allah swt tentang pengampunan, kasih sayang, kekuasaan, (Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Berkuasa).
Jika kita renungkan maka kita bisa mengambil suatu kesimpulan dari Asmaul Husna diatas bahwa untuk mewujudkan keadilan maka adil harus dikombinasikan dengan ilmu, hikmah dan kekuasaan. Wallahu A’lam.
Rabu, Juni 18, 2008
Tujuan Surat
Mengajak umat untuk berpegang teguh pada prinsip yang telah disebutkan dalam surat sebelumnya yaitu surat Al Baqarah. Surat ini mengajak semua kelompok yang ada di muka bumi, kepada kelompok yang sudah beriman agar selalu konsisten pada keimanan mereka, dan meminta kelompok yang baru mulai dalam beragama agar sabar terhadap semua rintangan yang dihadapi.
Kenapa dinamakan dengan Ali Imran?
Surat ini dinamakan Ali Imran ( Keluarga Imran ) karena keluaraga ini salah satu contoh sikap konsisten beragama. Istri imran ingin menolong agama Islam dan bernazar agar anak yang dikandungnya untuk memerdekakan masjid Al Aqsha yang dikuasai oleh Romawi. Maryam anak Imran adalah contoh sikap konsisten dalam ketaatan, beribadah dan menjaga kehormatan. Nabi Zakaria a.s mencontohnya dalam berdoa kepada Allah, sehingga beliau berdoa kepada Allah swt agar diberi karunia anak dan Allah swt mengabulkan doanya dengan lahrinya Nabi Yahya a.s. disini kita lihat bahwa dua contoh teguh pendirian adalah dua orang wanita, maka setelah surat ini ada Surat An Nisaa ( perempuan-perempuan). Ayat yang berkaitan dengan teguh pendirian dimulai dari ayat 3 ” Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil ” sampai dengan ayat 200”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. ”, yang mana dua ayat ini menegaskan hal tersebut karena kita berada di pihak yang benar. Surat ini mengandung banyak ayat-ayat yang terfokus pada pokok utama yaitu teguh pendirian seperti ayat 102, 103, 146, 173 dan 200.
Surat ini terbagi dua
•Bagian pertama yang teridiri dari 120 ayat membicarakan tentang teguh pendirian terhadap pengaruh eksternal
•Bagian kedua yang terdiri dari 80 ayat membicarakan tentang teguh pendirian terhadap pengaruh internal.
Surat ini juga memperingatkan kepada kita tentang sebab-sebab yang bisa menghilangkan sikap teguh pendirian, maka kita dilarang dari beberapa hal :
•Memperturutkan hawa nafsu ( syahawat) : ayat 14
•Dosa dan maksiat : ayat 155 dan 165
Surat ini menjelaskan faktor-faktor sikap teguh pendirian :
•Selalu meminta kepada Allah : ayat 8,9,191,192,195 dalam ini disebutkan beberapa doa.
•Solidaritas / Ukhuwah : ayat 103 dan 105, yang menganjurkan agar kita saling tolong menolong dalam ketaatan kepada Allah swt.
•Ibadah : ayat 37,39,191, yang menerangkan contoh-contoh hamba yang shaleh.
•Dakwah kepada agama Allah swt : ayat 104 dan 110 , karena orang yang mengajak kepada sesuatu maka orang itu akan bertambah yakin dengannya.
•Tujuan yang jelas : ayat 191
Bagian pertama :
Bagian ini dimulai dari 120 ayat pertama yang menceritakan kejadian yang menimpa rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam ketika didatangi oleh utusan dari Nasrani Najran, ayat ini merupakan diskusi dan debat pertama dengan ahli kita. Dalam ayat-ayat tersebut kita bisa belajar cara dan etika debat yaitu :
•Akidah yang kuat sebelum berdebat : ayat 18 – 19 – 20 – 81 – 82
•Mencari titik persamaan antara kita dan mereka : ayat 64 - 84
•Landasan yang logis : ayat 59-65-66-79
•Melarang mereka berdusta : ayat :25,70,71
•Tantangan yang kuat : ayat 61
•Bersikap adil dalam bergaul dengan Ahli kitab : ayat 75-111
•Memuji para nabi yang diutus kepada mereka : ayat 33-42
Bagian pertama ditutup dengan ayat 120 yang juga terfokus pada makna teguh pendirian : ”jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”
Bagian Kedua
Bagian ini mencakup makna teguh pendirian dalam sisi internal ketika perang Uhud dan beberapa kejadian berupa yaitu sebagian pemanah tidak mendengarkan perintah rasul yang menyebabkan terpecahnya pasukan kaum muslimin dan sebagian dari mereka lari meninggalkan medan pertempuran. Ayat ini turun ketika hati kaum muslimin bersedih karena perbuatan saudara kaum muslimin yang lain ketika perang dengan kelalaian mereka dan melanggar perintah nabi muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Pada bagian kedua dijelaskan solusi dari kesulitan yang menimpa kaum muslimin ketika perang dengan penuh hikmah, maka disebutkan dalam beberapa poin berikut :
•Karunia Allah terhadap kaum muslimin : ayat 123
•Satu rasa dalam duka : ayat 140
•Sindiran rigan : ayat 155
•Mengangkat ruh maknawiyah : 169-170-171
•Sebab-sebab kekalahan
Di dalam ayat ini juga disebutkan tentang riba karena hal itu merupakan salah satu sebab pertentangan dan perpecahan diantara kaum muslimin.
Wallahu A'lam Bishshawaab
Selasa, Mei 20, 2008
3.Bagian ini mencakup perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh umat ini yang bertanggung jawab atas bumi, hal itu setelah diceritakan pada kita bagian sebelumnya tentang contoh umat-umat terdahulu dan kadar ta'at dan maksiat mereka pada Allah swt, maka pada bagian itu merupakan peringatan bagi kita tentang urgensi taat pada Allah swt.Diantaranya adalah :
a.Pemindahan Qiblat dari Masjidil Aqsa ke Ka'bah di Masjidil Haram
"orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"(142)
Dalam ayat ini disebutkan ujian ketaatan yaitu pemindahan qiblat, disini juga kita ketahui bahwa kita umat yang harus mempunyai perbedaan dari umat yang lain sampai qiblat pun harus dibedakan, hal itu dipertegas pada ayat 144 yang artinya :"sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."
Pada ayat 104 Allah swt berfirman :" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih".
(Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala Para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina Padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar Perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina.)
Dalam ayat ini terdapat perintah untuk tidak ikut-ikutan dengan istilah orang lain.
Jika kita hubungkan antara ayat 104 dan 144 maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa umat ini wajib berbeda dari umat-umat yang lain dalam perkataan dan perbuatan dan begitu juga tidak boleh taklid buta.
b.Shafa dan Marwa adalah sebagian dari Syiar Allah ( tempat beribadah kepada Allah )
"Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui."( Ayat 158)
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Shafa dan Marwa adalah sebagian dari tempat beribadah kepada Allah swt,disebutkan demikian karena ketika kaum muslimin diperintahkan untuk berbeda dengan orang kafir maka mereka tidak mau melakukan ibadah haji di tempat tersebut karena orang kafir juga beribadah disana. Maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa tidak semua yang dilakukan orang kafir tidak boleh dilakukan artinya berbeda dengan mereka hukumnya wajib akan tetapi ada tempatnya sesuai dengan firman Allah swt dalam Al Quran dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam haditsnya.
c.Kebajikan bukan ditentukan dengan menghadapkan wajah ke arah timur atau barat
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa".(ayat 177)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa kebajikan tidak dilihat dari sisi luar seseorang akan tetapi dengan perbaikan yang komprehensif yang mencakup semua perbuatan dan etika akhlak, maka pada bagian itu disebutkan perintah dan larangan yang harus dipatuhi.
Setelah ayat ini disebutkan hal-hal yang merupakan perbaikan komprehensif secara detail yaitu :
1.Hukum pidana : ayat 178, dalam ayat ini disebutkan hukum Qishas.
2.Hukum warisan dan wasiat : ayat 180
3.Ibadah : ayat 183, dalam ayat ini disyariatkan puasa ramadhan
d.Hukum-hukum fiqih :
1.Jihad dan Infaq : ayat 190 dan 195
2.Haji : ayat 196.
Disini kita lihat haji disebutkan setelah jihad karena dalam jihad terdapat latihan yang hebat untuk diri seseorang.
Ayat-ayat ini bisa kita kaitkan dengan ayat 128 yang menjelaskan semua manasik ibadah haji. Perlu kita cermati bersama ayat 208 yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."(208)
Ayat ini menyuruh kita untuk masuk ke dalam Islam dengan totalitas dengan tidak memilih-milih ajaran agama yang dirasakan ringan dan meninggalkan yang berat, hal itu dilarang karena orang Bani Israil melakukan hal yang sama, sebagaimana firman Allah pada ayat 85 :
" Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, Padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat"
"Ayat ini berkenaan dengan cerita orang Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan suku Aus, dan Yahudi dari Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj. antara suku Aus dan suku Khazraj sebelum Islam selalu terjadi persengketaan dan peperangan yang menyebabkan Bani Quraizhah membantu Aus dan Bani Nadhir membantu orang-orang Khazraj. sampai antara kedua suku Yahudi itupun terjadi peperangan dan tawan menawan, karena membantu sekutunya. tapi jika kemudian ada orang-orang Yahudi tertawan, Maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk menebusnya Kendatipun mereka tadinya berperang-perangan.
e.Hukum Keluarga
Dalam bagian ini disebutkan semua yang dibutuhkan oleh keluarga seperti nikah, thalaq, khitbah (meminang), radha'ah (menyusui bayi). Perlu dicermati juga bahwa semua ayat tersebut diakhiri dengan kata-kata taqwa.
Hukum keluarga disebutkan terakhir dalam bagian ini karena perbaikan untuk keluarga tidak akan terjadi kecuali setelah dilakukan perbaikan diri dengan semua aspeknya dan hati dipenuhi oleh keimanan dan akhlak yang mulia.
·Cerita-Cerita Yang Menunjukkan Qudrah (Kekuasaan) Allah swt
Bagian ini menceritakan tentang Thalut dan Jalut dan mengingatkan kembali kepada kita bahwa sebuah sistem harus mempunyai sebuah kaum yang membelanya sehingga tidak bisa dikalahkan.
Setelah itu disebutkan ayat yang paling mulia dalam Al Quran yaitu Ayat Kursi yang menjelaskan kebesaran Allah swt dan kekuasaan-Nya, urutan ayat ini setelah ayat-ayat yang menyebutkan hukum-hukum agar kita benar-benar merasakan kebesaran Allah swt.
Kemudian disebutkan ayat yang menerangkan kekuasan Allah swt yaitu :
a.Kisah Ibrahim a.s dan Raja Namrud : ayat 258
b.Kisah Uzair a.s : ayat 259
c.Kisah Ibrahim a.s dan burung : ayat 260
·Sistem ekonomi
Dalam bagian ini disebutkan sistim ekonomi diantaranya diharamkannya riba dan bentuk-bentuk infak yang halal, hal ini disebutkan karena apabila Islam mengharamkan sesuatu maka disana terdapat alternatif yang halal.
4.Penutup
Dalam bagian ini terdapat doa-doa yang indah, disebutkan juga bahwa Allah swt Maha Memaafkan, Maha Pengampun, Maha Penyayang dan Maha Penolong bagi kita untuk menjalankan semua perintah yang disebutkan dalam surat ini.
Wallahu A'lam Bishshawaab.
Jumat, Mei 02, 2008
Surat ini merupakan surat pertama yang turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Madinah yang merupakan awal pembentukan negara Islam. Surat ini adalah surat yang terpanjang di dalam Al Quran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : " Rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah tidak akan dimasuki oleh syetan".
Kandungan Surat Al Baqarah adalah Kekhalifahan (Kepemimpinan) di muka bumi.
Bumi adalah kepunyaan Allah swt, Dia menjadikan banyak umat untuk menjadi pemimpin di bumi diantara mereka ada yang berhasil dan ada yang gagal. Surat ini terbagi ke dalam empat bagian.
1.Mukaddimah / Pembukaan
Disini dijelaskan pembagian manusia yang terdiri atas orang-orang yang bertaqwa (muttaqiin),orang –orang kafir (kafiriin) dan orang-orang munafik (munafiqiin). Diantara mereka itulah Allah swt akan menjadikan pemimpin di muka bumi ini
2.Kisah-kisah
a.Kisah Adam AS
Dalam surat ini dijelaskan kekhalifahan Adam AS dan keturunannya di muka bumi. Pertama-tama adalah firman Allah swt pada ayat 31 :" dan Dia mengajarkan kepada Adam AS Nama-nama (benda-benda) seluruhnya ".Dalam ayat ini ditarik kesimpulan bahwa kita harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melestarikan bumi disamping beribadah kepada Allah yang sudah menjadi kewajiban kita kepada-Nya.
Selanjutnya Allah berfirman pada ayat 36 :" lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu" . Ayat ini menjelaskan pelanggaran, efeknya dan konsekwensinya yaitu nikmat Allah dan hak kekhalifahan akan hilang dari orang yang melakukannya.Disini bisa dihubungkan dengan ayat 2 surat Al Baqarah :" petunjuk bagi mereka yang bertaqwa ".
b.Kisah Bani Israil
Ayat pertama tentang Bani Israil tersebut berbunyi :"……. dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat "(Q.S. Al Baqarah : 47), untuk menegaskan makna Kekhalifahan di muka bumi. Setelah itu ayat yang menerangkan nikmat yang telah Allah swt berikan kepada mereka yaitu pada ayat 50,52,57. Kemudian ayat-ayat tentang kesalahan Bani Israil diterangkan pada ayat 51,55,59 dan selanjutnya ayat-ayat mengenai sapi betina.
Kenapa Surat ini bernama Al Baqarah ( Sapi Betina)?
Surat ini dinamakan dengan Al Baqarah (Sapi Betina) sebagai peringatan bagi umat Nabi Muhammad yang telah Allah jadikan sebagai khalifah di muka bumi sagar tidak melakukan kesalahan yang pernah dilakukan oleh Bani Israil dan umat-umat terdahulu, karena umat tersebut telah melakukan banyak kesalahan sehingga Allah mengganti mereka dengan umat yang lain.
Diantara kesalahan yang dilakukan oleh Bani Israil dalam kisah Sapi Betina adalah :
1.Materi
2.Perdebatan sengit dengan Nabi mereka
3.Tidak mentaati Nabi
4.Mencari-cari celah terhadap syariat Allah agar mendapat keringanan dan tidak menjalankan syariat dengan sempurna
Oleh karena itu kita harus memperhatikan ayat 104 yang dimulai dengan ” Wahai orang-orang yang beriman.....”, dalam ayat ini Allah menyeru kaum muslimin agar berbeda dengan orang kafirdan yahudi.
c.Kisah Ibrahim AS
Dalam kisah tersebut terdapat kepemimpinan manusia di muka bumi, dalam ayat 124 ditegaskan lagi bahwasanya kekhalifahan/ kepemimpinan manusia di muka bumi bukanlah NEPOTISME akan tetapi siapa yang mentaati perintah Allah maka dialah yang berhak mendapatkannya,dan siapa yang tidak taat dan ingkar kepadanya maka dia tidak berhak menjadi khalifah. Diantara hal yang perlu kita cermati bersama adalah permulaan ayat tentang 3 kisah tersebut diatas (poin a,b,dan c) selalu dihubungkan dengan tujuan utama surat ini yaitu kekhalifahan.
Kisah Nabi Adam AS dimulai dengan : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."………….” ayat 30.
Kisah Bani Israil dengan : “ Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” ayat 47.
Dan Kisah Nabi Ibrahim AS dengan : “dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia"……………” ayat 124.
Dari sini juga bisa kita lihat bahwa ujian yang ada dalam 3 kisah tersebut adalah ujian keimanan dalam taat kepada Allah swt, Nabi Adam AS diuji dengan larangan untuk memakan buah terlarang, Bani Israil diuji dalam melaksanakan semua perintah Allah, dan Nabi Ibrahim AS diuji dengan perintah untuk menyembelih anaknya dan perintah-perintah lain yang datang dari Allah swt.
Wallahu A'lam Bishshawaab.
Selasa, Maret 11, 2008
Surat ini merupakan surat makkiyah yang terdiri dari tujuh ayat. Surat yang pertama dalam urutan mushaf dan surat yang ke lima menurut tururunya. Nama lain dari surat ini adalah Ummul Quran ( Induk Al Quran) dan Ummul Kitab. Disebut Al Fatihah ( Pembuka) karena :
1.Al Quran dibuka dengan surat ini, pendapat ini lebih dekat dengan kebenaran
2.Karena dia kuci Al Quran dan ini makna yang jauh
Satu-satunya surat yang harus dibaca paling kurang 17 kali sehari semalam oleh seorang muslim dan salah satu hal yang membatalkan shalat apabila tidak dibaca. Hukum tajwid yang ada di dalamnya mudah dan tidak memiliki ghunnah (dengung) sehingga setiap muslim bisa membacanya walaupun berbeda bahasa yang mereka miliki. Rasulullah saw bersada : " sesungguhnya ia adalah surat yang paling mulia dalam Al Quran"
Para ulama mengatakan bahwa Allah swt telah menurunkan 104 kitab yang dikumpulkan pada 3 kitab yaitu Zabur, Taurat dan Injil, kemudian kitab-kitab tersebut diringkas dikumpulkan dalam satu kitab yaitu Al Quran kemudian dikumpulkan dalam satu surat yaitu Surat Al Fatihah dan kumpulkan lagi dalam satu ayat yaitu " hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan." (Q.S Al Fatihah 5)
Kandungan surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah mencakup semua kandungan isi Al Quran
Akidah : dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Ibadah : hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan
Prinsip hidup : Tunjukilah Kami jalan yang lurus,. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka
Surat Al Fatihah mengingatkan kita pada prinsip-prinsip agama yaitu :
Nikmat Allah : segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Ikhlas : hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan
Bersahabat dengan orang-orang yang shaleh : (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka
Menjauhi sahabat yang jahat : bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
Terdapat Asmaul Husna : Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Istiqamah / konsiten : Tunjukilah Kami jalan yang lurus
Hal yang berhubugan dengan hari Akhirat : Shiratal Mustaqim
Urgensi berdoa
Persatuan umat : hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Dalam ayat ini subjeknya dalah kami bukan saya yang menegaskan pentingnya persatuan umat
Surat Al Fatihah juga mengarjkan kita cara berinteraksi dengan Allah swt yaitu dimulai dengan pujian pada Allah swt kemudia doa. Jika dibagi huruf-huruf yang ada dalam surat ini maka setengahnya merupakan ayat-ayat tentang pujian dan yang lainnya adalah doa. Maka ketika kita berdoa seharusnya dimulai dengan memuji Allah swt dengan Nama-nama-Nya yang indah dan Sifat-sifat- Nya yang mulia setelah itu baru kita berdoa
Surat Al Fatihah di tutup dengan firman Allah swt : bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Setelah itu Surat Al Baqarah yang menerangkan tentang orang-orang yang dimurkai ( Yahudi) dan Surat Al Imran yang menjelaskan tentang orang-orang yang sesat (Nasrani)
Hubungan antara ayat pertama surat al Fatihah dengan surat An Naas
Di awal Surat Al Fatihah disebutkan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan di Surat An Naas disebutkan Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia
Beberapa renungan ketika membaca Surat Al Fatihah
1.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pujilah Tuhan terhadap nikmat-nikmat- Nya kepadamu
2.Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ingatlah rahmat Allah swt yang sangat luas yang mencakup segala sesuatu di muka bumi ini
3.Yang menguasai di hari Pembalasan. Ingatlah bahwa Dia yang menguasai hari kiamat maka sembahlah Ia dengan sebenar-benarnya.
4.Ya Tuhan kami (hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.)
5.Tunjukilah Kami jalan yang lurus, Berdoalah kepada Allah agar mendapatkan jalan tersebut
6.(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, ingatlah Nabi Ibrahim, Nuh dan semua orang yang telah diberi nikmat
7.bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.Ya Allah kami berlindung kepada Engkau agar jangan Engkau masukkan kami kedalam golongan mereka
Amiin
Senin, Januari 28, 2008
Dalam sejarah terdapat banyak ulama yang memakai nama Ibnu Hisyam yang mempunyai spesifikasi ilmu tersendiri,diantaranya Ibnu Hisyam salah seorang ahli bahasa arab yang terkenal dengan buku-bukunya dan Ibnu Hisyam yang mempunyai kitab Sirah Ibnu Hisyam.Berikut ini nama-nama ulama yang bergelar Ibnu Hisyam :
1.Abdul Malik bin Hisyam bin Ayub Al Himyari Al Mu’arifi Adz Dzuhali, beliau adalah orang yang meletakkan batu pertama dan lentera bangunan Universitas Islam Madinah, dia bagaikan huruf Alif dalam huruf Hijaiyah. Beliau bergelar Abu Muhammad Ibnu Hisyam, banyak penulis yang mengatakan bahwa beliau juga yang menulis kitab Sirah Ibnu Hisyam padahal penulis kitab Sirah Ibnu Hisyam adalah Ibnu Hisyam yang lain. Beliau sangat menghormati Imam Syafi'I sehingga ada perkataan yang terkenal dari beliau : Imam Syafi'I adalah hujjah ( landasan ) dalam bahasa Arab. Beliau meninggal menghadap Allah swt pada tahun 218 H.
2.Muhammad bin Yahya bin Hisyam Al Khadhrawi Abu Abdillah Al Khazraji Al Andalusi. Imam Suyuthi menulis biografi beliau yang berbunyi : " Imam Al Khadhrawi adalah guru dalam bahasa arab yang selalu belajar bahasa arab dari Ibnu Khoruf, Mush'ab dan Ar Rindi sedangkan ilmu Qira'ah beliau pelajari dari bapaknya."Diantara karya beliau adalah : Fashlul Maqaal fi Abdniyatil Af'aal, Al Masail An Najb, Al Ifshaah bi fawaidil Idhaah, Al Iqtiraaq fi Talkhisil Idhaah wa syarhihi, Ghurarul Ashbaah fi Syarhi Abyatil Idhah.Beliau dilahirkan pada tahun 575 H dan meninggal di Tunisia malam minggu tanggal 14 Rabiul Akhir tahun 646 H.
3.Muhammad Abu Abdillah bin Ahmad bin Hisyam bin Ibrahim bin Khalaf Al Lakhmi As Sibti.Beliau lahir tahun 557 H, beliau termasuk imam yang ahli dalam ilmu Nahwu. Diantara karya beliau : Al Madkahl ila taqwimil lisan wa ta'ilimil bayan, Al fushul wal Mu'mal fi Syarhi Abyatil Mujmal, Nukatun 'Ala Syarhi kitab Sibawaihi lil A'lam Asyantamiri, Lahnul 'Ammah.
4.Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Hisyam Abu Abdillah Al Fihri Adz Dzahabi yang terkenal dengan sebutan Asy Syawasy. Beliau adalah orang yang tawadhu' dan termasuk dalam deretan ahli ilmu Nahwu dan bahasa Arab, belajar ilmu nahwu dari Imam Al Juzuli. Imam Suyuthi juga menceritakan bahwa beliau adalah imam yang indah tulisannya, beliau berpulang ke rahmatullah tahun 619 H.
5.Muhammad bin Ubaidillah bin Ahmad bin Muhammad bin Hisyam bin Abdurrahman bin Ghalib bin Nashr Al Khasyti Al Maqali Abu Abdillah yang terkenal dengan sebutan Ibnu 'Uwaidh. Beliau merupakan guru ilmu Nahwu yang utama, meninggal hari Sabtu 19 Syawal tahun 576 H.
Selasa, Januari 15, 2008
Syekh Misyari Rasyid Al Afasiy
Syekh Ahmad Al 'Ajmiy
Syekh Abu Bakar Asy Syathiriy
Syekh Fahd Al Kanderiy
Syekh Muhammad Jibril
Hasan Abdullah Al Awadh
Ahmad Saud
Athif Abdul Ahad Muhibbullah
A Kid
Muhammad Al Athrasy
Selasa, Januari 08, 2008
Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan."
Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji terakhirnya mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab."
Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci dalam satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui keempat bulan tersebut disucikan.
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Ketika Allah Swt memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki kebesaran itu atas kehendakNya.
Keutamaan Bulan Muharram
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram."
Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura.
Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari 'Asyura diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari 'Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw biasa berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari 'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah. Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan.
Legenda dan Mitos Hari 'Asyura
Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada hari 'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari 'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi dan siapa yang mandi pada hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.
Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura sudah ditegakkan sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya, adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan hari 'Asyura.
Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.
Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada zaman jahiliyah.
Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."
Bulan Pengampunan Dosa
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Kata Muharram artinya 'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan pertumpahan darah.
Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan. (Tarmizi) (ln/Islamicity)
sumber:eramuslim.com